Sabtu, 19 April 2008

Journey Malaysia: food not me...

Hari Ketiga
Pagi ini kami kembali menuju Sekolah ADNI, dijemput oleh puan Zaitun, istri dari Mr Hasni Mohammed. Jalanan agak macet, tapi wan zaitun benar-benar menguasai daerahnya. Ambil jalan tikus, dan sampilah kami di sekolah.
Breakfast dengan roti dan secangkir TO (tea off) yaitu teh tanpa susu. Lalu kami lanjutkankan dengan perbincangan dengan Mr Hasni, berbagai hal yang ingin kita lakukan hari itu. Kantin sekolah tidak terasa seperti sebuah kantin, lebih mirip dengan kafe-kafe. Dengan design yang menarik, jajanan yang berkualitas meski relatif mahal. Kualitas dari segi kecukupan gizi, anak-anak tidak diracuni oleh makanan dengan pewarna, pemanis buatan ataupun pengawet yang banyak terdapat disekolah-sekolah di Indonesia.
Kami melanjutkan pertemuan disebuah ruangan pertemuan, kemudian beralih ke ruang konfrensi untuk mendengar presentasi tentang program NCC. Program komputer yang telah dilaksanakan oleh ADNI berlisensi dari Cambridge.
Hari itu terasa melelahkan, menyerap semua informasi dan materi yang dibawa untuk menjadi bahan perbandingan, sungguh membutuhkan banyak energi.
Sore itu aku coba online, dan menelpon ke rumah. Semakin kangen aja sama anak-anak. Dan malamnya sungguh menjadi malam perpisahan yang indah, kami diajak makan malam kembali disebuah restoran berkelas. Rombongan berangkat terlebih dahulu, karena aku harus menunggu adik istri yang kuliah di KL. Akhirnya kami bergabung, dan restoran itu menyajikan beberapa sajian istimewa. Untuk kali pertama aku makan masakan Thailand, (lupa namanya__). Awalnya terasa nikmat, tapi kemudian lama-kelamaan membuat panas perut. Dan malam itu kembali tidur dengan perut yang tidak nyaman karena ketidak cocokan masakan.

Senin, 14 April 2008

Journey in Malaka Land part-duwe


















Hari ke-dua...

Pagi hari, sebagaimana hari-hari di Indonesia. Bangun jam 4 pagi, and ternyata disini subuh tuh baru jam 6 waktu setempat. Mo tidur lagi susah, maklum terserang home sick (belum lagi 24 jam). Kelar sholat (jam 6), seharusnya udah sarapan. Tapi masih menunggu siang, karena ya itu tadi.







Kelar sarapan kami berangkat ke ADNI di Taman Sri Ukay Selangor. And then kembali kendaraan taxi jadi favorite. Si supir ternyata dari jawa, dah 20 tahun mengabdi (bahasa lain gawe) di Malaysia. Mas Ahmad namanya dari lamongan. Ternyata banyak juga yach kita mengekspor TK (tenaga kerja). Disini tenaga informal memang jarang sekali diisi oleh orang-orang melayu. Kebanyakan etnis India, china atau jawa.

Kami diterima dengan baik, meski pagi itu belum dapat bertemu dengan CEO dari ADNI yakni Mr. Hasni Muhammad. Ditemani oleh Ust. Mualimin, principal secondary school (smp). Kami mengunjungi kelas-kelas, ruangan belajar yang ada di ADNI. Semakin jelas bagi kami gambaran sebuah sekolah yang berkualitas, dan bukan tidak mungkin bisa kami terapkan di Gema Nurani, sekolahnya tidak penting, yang penting sistemnya, Islam! Begitu pesan Mr.Hasni suatu ketika.

Siangnya kami akhirnya bisa menemukan masakan Padang, betapa bahagia dan sukacitanya. Sampai-sampai tidak meyadari, bahwa kami baru saja makan di Adni!!!







Siang hingga petang aku habisin di warnet, sambil upload cerita pertama. Charge 1 jam RM 3, alias Rp. 9.000. Tiga kali lebih mahal dari Jakarta.
Menjelang malam kami akhirnya bisa menemukan surau dekat penginapan, ini lagi salah satu perbedaan dengan di tanah air. Agak sulit menemukan Mesjid dan surau, jangankan itu, azan saja tidak terdengar. Tidak semua station televisi menayangkan kumandang azan, so me reka-reka kapan datang waktu sholat.
Dan akhirnya kami bertemu dengan Mr. Hasni pukul 20.30. Beliau bersama istrinya Puan Zaitun menjemput kami di hotel, didaerah Taman Melawati. Kami dibawa ke tempat makan thai didaerah keramat, lalu berputar-putar mengelilingi kl. Kemudian kembali kami mampir di restaurant saloma. Sebuah resto bergaya kafe. Kami terlibat perbincangan cukup serius mengenai bentuk-bentuk kerja sama dan langkah-langkah kedepan. Mr. Hasni memberikan gambaran serta langkah-langkah yang akan dilakukan. Mudah-mudahan Gema Nurani Go International terwujud dalam waktu dekat, Insya Allah.




Minggu, 13 April 2008

Journey In Malaka Land


Malaysia hari pertama
Setelah agak nervous saat berangkat, ditambah melihat si sulung sedih karena ditinggal, akhirnya Alhamdulillah kami selamat sampai di negeri malaka, tanah impian sebagian kecil masyarakat kita untuk mencari peruntungan. Kami mendarat di bandara KLIA-LCC (Kuala Lumpur International Airport-Low Cost Carrier). Termainal khusus untuk pesawat airasia.com dan pesawat-pesawat bertarif rendah. Tampak aneh yach, sementara di negara tujuan (Indonesia) airasia boleh mendarat dan parkir sama baiknya dengan pesawat lainnya.
Pesan taxi, dan ini sangat jauh berbeda dengan Cengkareng nyaris kami tidak menemukan calo yang kadang membuat jengkel karena terlalu memaksa, melalui tempat yang sudah disediakan. Ambil beberapa brosur yang tersedia lengkap di counter touris information. Taxi lebih tepatnya limo sedikit lebih besar dari sedan biasa, membawa kami ke daerah Ampang Jaya. Kesan pertama memasuki daratan Malaysia, khususnya jalur dari Sepang-Kuala Lumpur, lumayan berkesan. Pertama supirnyanya yang sipt alias keturunan china walaupun tidak terlalu banyak bicara, dia sangat melayani. Alamat yang kami sodorkan tidak dapat diketemukan, si supir terus berupaya mencari. Selain meminta bantuan dari kantor taxi-nya, dia juga sesekali turun mobil untuk bertanya. Usaha kami itu sia-sia, dan terdampar lah kami di sebuah sudut kota yang benar-benar asing bagi kami. Si supir taxi terpaksa menurunkan kami karena waktunya dan tujuannya sudah terlewat cukup lama.

Setelah berjalan kurang lebih 100 meter kami menemukan tempat makan, dan salah satu pemiliknya adalah orang Indon (sebutan Indonesia disini) Dan ternyata Allah memberi pertolongan bagi hamba-hambanya yang sabar. Ada seorang polis yang membantu kami, dia suruh salah seorang adik angkatnya menghantar kami naik kereta-nya untuk mencari tempat penginapan dekat-dekat situ. Dan alhamdulillah siang pukul 14.00 kami sudah bisa meletakkan tas dan bawaan, sambil merebahkan diri didinginnya AC. Kamar hotel tidak terlalu besar, namun harganya jauh diatas hotel-hotel sejenis di Indonesia.
Tidak berapa lama, kemudian kami pergi jalan-jalan ke KL (kuala lumpur). Naik Taxi lagi, selain bus kendaraan angkutan beroda hanya taxi atau bus, akhirnya kami tiba di depan menara kembar petronas, simbol kebanggan bangsa Malaysia. Beda dengan pertaminanya Indonesia, justru menjadi cercaan dan hinaan, karena sering terlambatnya pasokan minyak atau bensin. Ataupun subsidi minya yang ditiadakan tapi justru gas makin sulit diketemukan. Koruptor-koruptor yang meraja lela di badan usaha tersebut menambah daftar panjang BUMN yang beroperasi justru menyengsarakan rakyat.
Tiket naik kepuncak menara 2 habis, hanya 1600 tiket/hari yang dikeluarkan. Setelah foto-foto kami pun melancong kedalam pusat perbelanjaan SURIA, persis di bawah gedung kembar. Makin terasa betapa rupiah tidak berdaya dengan ringgit Malaysia sekalipun. Harga-harga boleh dibilang sangat mahal. Karena nilai tukar rupiah yang tidak punya fondasi cukup kuat diterjang krisi ekonomi dan kesulitan financial dalam negeri.
Makan malam tepatnya sore (karena maghrib disini) jam 19.25 waktu setempat. Nasi kebuli jadi pilihan, nasi khas timur tengah ini memang banyak terdapat di KL.