Minggu, 13 April 2008

Journey In Malaka Land


Malaysia hari pertama
Setelah agak nervous saat berangkat, ditambah melihat si sulung sedih karena ditinggal, akhirnya Alhamdulillah kami selamat sampai di negeri malaka, tanah impian sebagian kecil masyarakat kita untuk mencari peruntungan. Kami mendarat di bandara KLIA-LCC (Kuala Lumpur International Airport-Low Cost Carrier). Termainal khusus untuk pesawat airasia.com dan pesawat-pesawat bertarif rendah. Tampak aneh yach, sementara di negara tujuan (Indonesia) airasia boleh mendarat dan parkir sama baiknya dengan pesawat lainnya.
Pesan taxi, dan ini sangat jauh berbeda dengan Cengkareng nyaris kami tidak menemukan calo yang kadang membuat jengkel karena terlalu memaksa, melalui tempat yang sudah disediakan. Ambil beberapa brosur yang tersedia lengkap di counter touris information. Taxi lebih tepatnya limo sedikit lebih besar dari sedan biasa, membawa kami ke daerah Ampang Jaya. Kesan pertama memasuki daratan Malaysia, khususnya jalur dari Sepang-Kuala Lumpur, lumayan berkesan. Pertama supirnyanya yang sipt alias keturunan china walaupun tidak terlalu banyak bicara, dia sangat melayani. Alamat yang kami sodorkan tidak dapat diketemukan, si supir terus berupaya mencari. Selain meminta bantuan dari kantor taxi-nya, dia juga sesekali turun mobil untuk bertanya. Usaha kami itu sia-sia, dan terdampar lah kami di sebuah sudut kota yang benar-benar asing bagi kami. Si supir taxi terpaksa menurunkan kami karena waktunya dan tujuannya sudah terlewat cukup lama.

Setelah berjalan kurang lebih 100 meter kami menemukan tempat makan, dan salah satu pemiliknya adalah orang Indon (sebutan Indonesia disini) Dan ternyata Allah memberi pertolongan bagi hamba-hambanya yang sabar. Ada seorang polis yang membantu kami, dia suruh salah seorang adik angkatnya menghantar kami naik kereta-nya untuk mencari tempat penginapan dekat-dekat situ. Dan alhamdulillah siang pukul 14.00 kami sudah bisa meletakkan tas dan bawaan, sambil merebahkan diri didinginnya AC. Kamar hotel tidak terlalu besar, namun harganya jauh diatas hotel-hotel sejenis di Indonesia.
Tidak berapa lama, kemudian kami pergi jalan-jalan ke KL (kuala lumpur). Naik Taxi lagi, selain bus kendaraan angkutan beroda hanya taxi atau bus, akhirnya kami tiba di depan menara kembar petronas, simbol kebanggan bangsa Malaysia. Beda dengan pertaminanya Indonesia, justru menjadi cercaan dan hinaan, karena sering terlambatnya pasokan minyak atau bensin. Ataupun subsidi minya yang ditiadakan tapi justru gas makin sulit diketemukan. Koruptor-koruptor yang meraja lela di badan usaha tersebut menambah daftar panjang BUMN yang beroperasi justru menyengsarakan rakyat.
Tiket naik kepuncak menara 2 habis, hanya 1600 tiket/hari yang dikeluarkan. Setelah foto-foto kami pun melancong kedalam pusat perbelanjaan SURIA, persis di bawah gedung kembar. Makin terasa betapa rupiah tidak berdaya dengan ringgit Malaysia sekalipun. Harga-harga boleh dibilang sangat mahal. Karena nilai tukar rupiah yang tidak punya fondasi cukup kuat diterjang krisi ekonomi dan kesulitan financial dalam negeri.
Makan malam tepatnya sore (karena maghrib disini) jam 19.25 waktu setempat. Nasi kebuli jadi pilihan, nasi khas timur tengah ini memang banyak terdapat di KL.

Tidak ada komentar: